Untuk orang sepertiku yang masa kecilnya dihabiskan di Kompleks Pertamina Rantau Kuala Simpang Aceh Tamiang (dahulu Aceh Timur) tentu tidak banyak alternatip untuk bepergian. Hanya ada tiga jalur keluar dari Kompleks ini untuk pergi kedaerah lain..........pertama arah Kuala Simpang (sekarang menjadi Ibu Kota Kecamatan). Ini digunakan untuk jalur menuju perbatasan dengan Sumatra Utara..........selanjutnya ke Kota Medan. Jalur ke dua adalah lewat Alur Cucur menuju ke Langsa.....ibu kota Aceh Timur selanjutnya menuju Banda Aceh. Dan jalur ketiga adalah arah ke Sarang Jaya. Arah ini dahulu jalan buntu (entah sekarang)....karena ini hanya pelabuhan kecil milik Pertamina. Dipelabuhan itu juga ada semacam DOC untuk perbaikan kapal......... Jadi letaknya dekat dengan laut....walaupun saya tidak pernah melihat laut disana...yang ada cuma hutan bakau. Disana ada kompleks Pertamina....walau hanya beberapa rumah.
Saya coba cari dipeta….sebenarnya ini daerah masuk wilayah mana? Aceh Tamiang atau Langkat?.....atau ini wilayah abu-abu????...Dan sayangnya saya belum pernah razia KTP disana….. yang saya temukan dipeta….dan kliping berita hanya ada desa Sarang Jaya Hilir kec.Besitang Kab, Langkat SUMUT……Namun di kliping yang lain juga ditemukan nama daerah Sarang Jaya (llihat kliping).Berarti ada Sarang Jaya Hulu…… atau Sarng Jaya saja. ……ya…terserahlah…..tapi bagi saya…..cuma ada Sarang Jaya. Tempat yang selalu aku rindu.
Sarang Jaya (orang menyebutnya SARANG JAYAK....karena lebih mudah menyebutnya) termasuk tempat yang sering dikunjungi (……gak ada alternatif jalan-jalan ya ?.)....... bukan-bukan itu........ banyak cerita disana.......cerita yang yang membuat rasa rindu untuk menyelusurinya kembali.
Dengan mengendarai sepeda motor atau Bentor (Becak Bermotor)….bukan Jontor…kalau itu mah….yang bawa…bibirnya Jontor…….dengan kecepatan sedang, Sarang Jaya bisa dicapai dalam 30- 45 menit. Keluar dari Kompleks menuju Simpang Lima gedong 6 (padahal simpangannya hanya 4)..... walau saat keluar Kompleks inilah saat paling aku benci!.....turun dari sepeda hanya karena ada rumah monyet atau pos scurity (PASMANIN) dan melewati pintu kecil lagi….....serasa melewati pos penjagaan Pos Belanda jaman perjuangan.
Belok kekanan......menuju daerah Lumpuran.....hati-hati ada tikungan bahaya 900 kekanan.....selanjutnya penanjakan daerah lapangan golf tarap Internasional ber hole 10 untuk mainan para petinggi Pertamina.......selanjutnya dikiri ada Tanki Raksasa.....tangki kosong yang sampai selesai dibuat tidak pernah dipakai karena salah design (kok salah design ya? ….tamatan mana sih..... Engineer nya???) ....sampai fondasinya tidak mampu menampung kapasitasnya.
Melewati lapang golf jangan lupa berhenti sejenak di daerah Carbon Black dan Gudang Peluru. Karena disini pada saat malam hari kita bisa melihat indahnya lampu-lampu dari perumahan dan perkantoran Pertamina Rantau. Melaju terus.......Desa Sukarame, desa kecil yang suka rame kalau siang saja tapi kalau malam suka sunyi….....ya disini aku sering mampir sejenak singgah dirumah Uwak (Abang Ayahku).......... disini dahulu kami punya ladang yang ditanami kacang tanah. Ladang ini membawa berkah ketika disekitarnya di temukan minyak....sehingga Pertamina harus mengganti tanah kami sebagian. Ya tidak seperti penggantian pada umumnya... penggantian dari Pertamina selalu “ganti untung”.
Melewati itu...kita menemukan daerah letter “S”....ini karena jalannya menanjak yang berbentuk hurup S. Selanjutnya entah desa apa lagi yang ada disana...... aku lupa.....yang aku ingat ada perumahan kerani kebun karet........ disana juga tinggal nek Songkrah........ ya wanita perkasa yang berjalan sangat jauh sampai ke Rantau hanya untuk menjual hasil ladangnya...... ubi, pisang....dan terkadang durian.....sehingga ibuku gak tega untuk tidak membeli jualanya yang belum laku...
Setelah daerah itu....maka ada daerah yang selalu jadi kenangan keluarga kami. Tikungan tajam daerah kebun pisang sebelum Sarang Jaya. Disitu pada pertengahan April 1973 saat jam 12 tengah hari..... . Mobil dinas Jeep kanvas yang Ayah tumpangi bertabrakan dengan mobil yang menbawa petugas aplusan milik pertamina juga............ Supir yang merupakan teman kantor Ayahku tewas pada saat kejadian.........beserta satu orang yang menumpang ditengah jalan.. Bahkan penumpang tersebut terpental jauh dari tempat kejadian dan baru ditemukan sore harinya setelah Ayahku sadar......dan memberi tahu Polisi pada saat introgasi..
Tapi bagi Ayah ku....lokasi itu tidak membuatnya trauma Dia selalu mengajak kami kesana....karena di sana ada cabang Telkom Pertamina...dan ada beberapa temannya yang tinggal disana. Mereka sudah seperti saudara....... Teman Ayah yang ada di sana rata-rata mempunyai TAMBAK UDANG atau BANDENG. Pada saat bongkar tambak tiba mereka akan mengundang kami. Disanalah banyak pengetahuan didapat....... belajar menggunakan sampan kayu, bagaimana memancing Kepiting Batu (kepiting besar warna hitam yang lezat) dengan jaring kecil yang diberi umpan ikan Hiu yang diasinkan. Atau mendapat ikan hama bagi udang yaitu ikan gabus pasir.......walau ikan ini hama bagi udang, tapi rasanya lezat.Atau menikmati makan udang mentah yang baru ditangkap.......masih segar dan manis..Bisa juga menikmati BANDENG bakar setelah acara panen selesai. Perut yang lapar seharian berendam di air asin jadi terobati.
Dulu aku berharap daerah ini bisa menjadi lumbung ikan dan udang dari tambaknya...seperti tambak yang berjejer di pantai utara Jawa. Dan bisa menghasilkan kerupuk udang yang terkenal sekelas Sidoarjo Jawa Timur.
Pada saat mulai ACEH MERDEKA I sekitar tahun 1977-1978 .....tempat ini juga menjadi tempat yang dicurigai sebagai markas GAM. Aku ingat bagaimana temen-teman ayah yang ada disana tanpa salah dan dosa ...dengan alasan yang aku sendiri tidak tahu ......mereka harus berurusan dengan TNI dan di bawa ke Medan. Aku juga ingat setelah beberapa minggu kemudian mereka baru dilepas.....dan aku masih ingat saat Aku dan Ayah menjemput mereka di perbatasan SUMUT-ACEH....dan mengantar mereka ke Sarang Jaya tengah malam.....padahal saat itu suasang sangat mencekam.........sebenarnya aku sangat takut...melihat wajah mereka yang kumal.......dan tidak semua wajah aku kenal......di garis wajah mereka terlihat jelas bekas penyiksaan dari TNI.
Tapi sekarang Kebun Sawit menjadi pemandangan dominan menuju ke sana......atau mungkin bangunan pencakar awan tempat wallet berkembang biak? ……entah apa kabar SARANG JAYA ........ dan entah kapan bisa kesana...... semoga tulisan ini membuat rinduku terobati dan kembali bisa mengenangnya. Atau paling tidak ketika browsing di mbah Google (http://www.google.com/) kata ini bisa dijumpai………………….
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar