Baru saja kaki menjejak dipasir pantai Lagoi Pulau Bintan. Didepan mata terhampar laut luas biru dan ombak yang tenang….jauh dari rasa takut Tsunami. Perahu kano ada yang terparkir di di pantai, ada yang disewa turis dan ada yang tertambat ditepi pantai. Beberapa orang tertawa ditarik speed boat diatas banana boat. Jet sky menderu dari kejauhan beradu kecepan entah siapa pengemudinya……aku palingkan wajah ke kanan…sekelompok orang sedang bermain bola…sebagian lagi bermain volley pantai...para ”Baywatch” duduk nyaman dikursi tingginya dengan mata awas….entah apa yang diawasi…jangan-jangan melirik para bule yang berjemur di bawahnya dari balik kaca mata gelapnya. Mayang resort berdiri gagahnya mengalahkan batu karang yang ada dipantai itu….benar-benar indah……pantai yang dikelola insvestor Singapura ini…..benar-benar bersih dan asri…….beda sekali dengan pantai di Padang yang baru aku kunjungi…..
Kucoba memandang sejauh yang yang kumampu…..tapi sejauh itulah pikiran dan hatiku melayang……ya kesatu tempat yang begitu aku rindukan…..Kuala Beukah!.....Kuala Beukah……Aceh. Entah kenapa Pantai ini selalu membuat ku rindu…..tapi aku coba mengingatnya satu persatu.
Untuk mencapai kesana aku ingat ada jembatan setelah kota kecil Pereulak. Ya… jembatan besi dari zaman Belanda yang berbentuk rusuk-rusuk kotak persegi panjang dan memiliki panjang sekitar 30 meter dan mengalir sungai dibawahnya. Berbelok kekiri sebelum jembatan tersebut…selanjutnya kita melintas dibawah jembatan melewati jalan berbatu dan sesekali terlihat sungai yang melintas di bawah jembatan tadi. Tidak sampai 15 menit kita akan ketemu anak sungai kecil yang bermura ke sungai dibawah jembatan tadi..…kita langkahi dengan jembatan besi yang cukup untuk mobil kecil….selanjutnya di sisi kiri kita melihat Mushola….. Tidak jauh dari Mushola beberapa tangki minyak Pertamina berdiri gagahnya menahan hembusan angin laut. 3 mess pertamina yang lebih mirip dengan rumah berjejer rapi disisi kirinya. Didepannya terhamparan pasir putih begitu halus dan menggoda untuk disentuh tapak kaki ini. Pohon pinus…berjejer dibibir pantai mengalahkan populasi pohon kelapa…padahal biasanya pohon pinus lebih berjaya di daerah pegunungan. Suara berisik yang lebih mirip konser orkes symponi dari John Sebastian Back bersautan….ya…dari gulungan ombak laut di pandu angin yang berhembus….membuat berkali-kali jari tangan ini menyibakan rambut yang menutupi mata karena tidak rela kehilangan moment indah itu.
Betapa aku ingat kami sekeluarga ayah, ibu, ku dan adikku dengan mengendarai Honda CB120 butan tahun 1774 warna putih kreditan Pertamina menuju kesana…..betapa kasihannya motor yang belum lunas itu harus memikul beban kami berempat ditambah “bontot” dari rumah untuk bekal makan disana…bahkan kami rela menebang tebu di belakang rumah…karena kami tau betapa gurihnya makan tebu ditemani air laut…..ya ada manis dan asin. Betapa bangganya setiap pulang membawa hasil buruan…..umang-umang (siput laut berkaki seperti kepiting) yang akan keluar dari sarangnya kalau kita meletakkan di mulut yang menganga dan mengembuskan hawa nya. Semakin bau tu mulut…semakin umang-umang cepat keluar karena tak sanggup menahan penderitaan bau WC.
Pernah aku begitu paniknya ketika aku kehilangan arah alias hilang ditengah ribuan orang yang sedang piknik disana. Pernah juga aku begitu irinya melihat foto ayah yang nampak begitu kecilnya disamping kapal tangker yang karam di tepi pantai…..dan dengan memelas aku mengajak ayah kesana agar bisa foto di tempat yang sama…….uh…dasar katrok!
Saat paling seru disana adalah saat piknik dari sekolah…SMP YPDP Pertamina ….karena harus kemah semalam…berarti bisa menikmati malam dan melihat bintang ditelan laut. Pokoknya ada sensasi beda yang pasti tidak kutemui saat pergi bersama keluarga yang sudah dilakukan berkali-kali.
Pagi hari kami sudah kumpul dihalaman sekolah….ada wajan, panci, ceret, tikar, tenda, dll. Semua perlengkapan kemah sudah tersedia. Karna koordinatornya bukan orang sembarangan….Pak Darman….guru bahasa Inggris dan ibu Yanil guru Biologi dijamin masalah perut gak ada yang tertinggal. Kepala sekolah sengaja memasang kedua orang ini agar para orang tua yakin untuk melepas anaknya.
Setelah semua lengkap…..kenapa mobil jemputan belum datang ya??? Semua wajah mulai gelisah….. Tapi aba-aba dari pak Darman bergema….”Ayo berangkat…naik…..!”
Wah semua saling berpandangan…..naik apa? …..Ternyata…..TRUK yang dari tadi parkir disamping sekolah yang ditunjuk…walah…kirai itu truk mau angkat sampah!
Perjalanan begitu seru…saat truk menikung…kekiri…semua rebah saling bertimpa kesebelah kiri….kalau kekanan…semua rubuh kekanan….bahkan jalan luruspun….. si kaca mata tutup botor alias si Aan yang usil itu bisa rebah kedepan membuat tawa tiada habisnya sepanjang jalan….. Semoga aja si Aan yang juragan sawit itu sadar kalau liat buruh dodosnya pulang kerja tingkahnya sama dengan dia waktu sekolah.
Kampung Tempel, Titi Baru, Tualang Cut, Langsa, Pereulak…lebih 2 jam waktu yang kami tempuh untuk jarak kira-kira 80km dari Rantau Kuala Simpang ke Kuala Beukah. Sampai di sana semua letih, panas dan wajah yang menebal disamak debu jalanan hilang ketika disambut ramahnya angin dan teguran ombak laut. Sampai lupa tugas masing-masing membawa barang bawaan….Cuma karena biji mata bu Yanil hampir copot…mau tak mau….niat berenang ditunda!
Tak mudah rupanya mendirikan tenda di tepi laut….pasir yang gembur dan angin yang kuat membuat tenda rubuh berkali-kali. Ilmu yang didapat setiap Jumat di sanggar Pramuka menjadi sia-sia….Tapi itulah sekolah kami……kompak, pantang menyerah dan kratif layaknya peserta acara TV “SURVIVAL” semuanya bisa teratasi.
Sore hari menjadi saat yang ditunggu….bersama nelayan disana kami membantu menarik pukat yang lumayan berat dan panjang. Tarikan dari dua sisi dibibir pantai yang lama-lama bergerak mendekat begitu membuat hati penasaran….ikan apa saja yang akan tertangkap……..semoga ada ikan duyung!. Bila jaring selesai ditarik dan ikan didapat, kami masing-masing mendapat ikan sebagai balas terima kasih mereka telah membantu…bukan main ramah dan bersahabatnya orang Aceh…tapi mengapa mereka dikasari…..sampai harus ada DOM bertahun-tahun…….ya itu urusan petinggi-petinggi di Jakarta….bagi kami yang penting….yang penting dapat ikan….lumayan buat makan di acara api unggun nanti malam.
Mentari mulai lenyap dari garis laut….merah kekuningan seperti emas… dan indah…..SUNSET…seperti yang ada dipelajaran geografi pak Ritonga….ya itu juga moment yang selalu ditunggu semua orang yang ada dipantai ini…selanjutnya kami bersiap-siap sholat magrib berjamaah di mushola. Tidak lupa pulangnya masing-masing mendapat tugas mengangkut air tawar….karena disinilah sumber air tawar (sedikit payau) terdekat.
Acara api unggu menanti…..arang yang sudah membara terus menjilati ikan yang ditangkap tadi sore sehingga menebar wangi…yang membuat cacing diperut ikut menari…karena mendengar nyanyian kami. Para cewek-cewek sudah siap dengan sayuran yang masaknya di pandu koki hebat kami…Ibu Syarifah….guru pelajaran PKK.
Lagu “Kemesraan” karya Iwan Fals bolak-balik diulang oleh seniman jalanan sekolah kami….seolah menggambarkan keakraban kami semua…dan kecintaan kami terhadap tempat ini.
Kuala Beukah…ternyata tidak hanya indah disiang hari….dimalam hari saat hanya ditemanini jutaan bintang dan senyuman setengah bulan pun tetap mejadi tempat yang luar biasa…..hembusan angin laut…dan gesekan dahan pinus seirama dengan deburan ombak. Karena takut kehilangan moment dan betapa suatu saat aku akan merindukannya, maka…….aku lebih memilih tidur di udara terbuka pantai ini dibandingkan harus tidur didalam tenda kayak deretan ikan asin diatas tampah rumah-rumah nelayan dekat kami kemah.
Malam…semakin larut…semua terlelap….aku masih menikmati pantai ini…tapi badan yang letih seharian berendam di laut biru dan berusaha melayan ombak...membuat mata tak mau kompromi…….tidur.
Tengah malam aku tersentak…suara gaduh di tenda cewek…..beberapa bayangan melintas lari dan hilang di tenda cowok……..karena kegaduhan tak berlanjut…ya tidur lanjut………besok juga bakal ketahuan ceritanya…..rupanya benar….besok pagi ada yang di introgasi Ibu Yannil karena beberapa cowok gak sengaja tidur ditenda cewek….ha…….ha…….ha…….dasar para cowok…eh cewek juga……(ayo yang merasa terlibat ngaku sekarang!)
Kini setiap orang yang kutanya tentang Kuala Beukah Cuma bisa angkat bahu……karena tempat ini bukan tempat yang indah lagi….sungai sejajar bibir pantai itu telah menyatu….bangunan sudah tidak ada….bahkan mungkin kapel tangker yang begitu gagahnya disamping ayah dalam foto sudah lelap terselimuti pasir dan rapuh dimakan karat…..apa lagi tempat ini menjadi tempat yang menyeramkan selama masa DOM….lengkap sudah…...meredupkan pesonanya.
Tapi…apapun keadaannya sekarang…..Kuala Beukah ….tetap menjadi salah satu tempat yang ingin kukunjungi……untuk bernostalgia…..kalau perlu reuni dengan teman SMP kita adakan disana….SETUJU!
Salam
good stories , n is very good......
BalasHapus