Selasa, 26 Oktober 2010

AYAH.... (kata yang membuat air mataku terus mengalir)



Sama seperti pagi sebelumnya, hanya saja pagi ini kok pengen dengeri MP3 sepanjang perjalanan pergi kekantor jang berjarak 15 menit dari rumah. Dengeri lagu sering saya lakukan untuk memberi semangat sebelum mulai aktifitas…..bahkan dahulu sebelum memulai pertandingan sepakbola bola harus mendapat “doping” lagu rock dari GODBLESS”.
Selesai lagu pertama, mulailah lagu kedua…….
Yang Terbaik Bagimu (Jangan Lupakan Ayah) by ADAband

Teringat masa kecilku
Kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu
Buatku melambung
Disisimu terngiang
Hangat nafas segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi
Serta harapanmu

Bait pertama selesai……bait berikutnya menyusul…….tapi mata ini mulai berkaca-kaca dan pikiran  menembus ruang dan waktu….puluhan tahun ke belakang…dan ingat sosok AYAH ku.
Ingat dibonceng ayah naik sepeda sport modelnya saat belanja untuk warung kecil kami disamping rumah, bagaimana ayah mengikat kakiku karena takut kakiku masuk jari-jari sepeda. Oh…ayah..begitu gak teganya diriku saat ayah membiarkan diriku tetap terikat kaki masih diatas sepeda yang didorong karena tanjakan Bukit Suling yang lumayan panjang itu….ayah tetap tersenyum walau keringatnya  bercucuran. Dan kami akan tertawa bahagia bersama ketika meluncur kencang menerpa angin dipenurunan bukut tersebut, seperti Valentino Rossi sampai garis finish.
Terkadang disaat tengah malam…..ayah dengan lembutnya membangunkan diriku…..dan menemaninya pergi bekerja ke lokasi pengeboran minyak di sekitar Pertamina Rantau. Gelap dan dingin disepanjang jalan, tapi kami berdua tetap semangat menembus malam, mengangkat baterai yang rusak yang lumayan berat bersama-sama atau mengganti radio komunikasi yang yang tidak berfungsi normal agar komunikasi karyawan pengeboran dan produksi menjadi lancr. Dan kami akan tertawa bahagia bersama bila masalah bisa kami selesaikan. Walau tantangan menuju pulang sama beratnya dengan waktu berangkat,…melewati hutan gelap yang masih banyak binatang buas, belum lagi bila musim hujan jalanan berlumpur sehingga mobil Jeep Gladiator 4X4 berjalan terseok-seok seperti peserta offroad. Padahal ayah selalu bilang, bisa saja ini tidak kita lakukan…ayah bisa saja memerintahkan anggotanya yang berangkat…..tapi itulah ayah…..tidak pernah menyusahkan orang lain…walau anggotanya sekalipun……bagaimana dengan diriku….pengalaman luar biasa dan inilah yang menempaku untuk kapan saja dapat secepat kilat hadir dipanggil malam bila ada masalah electric di pabrik tempatku bekerja. Karena ini tidak seberapa dibandingakn perjuangan kami berdua.

MP3 masih memutar lagu tersebut,
Kau ingin ku menjadi
Yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu
Jauhkan godaan
Yang mungkin kulakukan
Dalam waktuku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku
Terbelenggu jatuh dan terinjak
Betapa bangganya bila sore tiba dan ayah meluangkan waktu untuk bermain bola disamping rumah kami yang berhalaman luas…..karena diriku selalu menjadi penjaga gawang, maka dihalaman tersebut ada gawang yang terbuat dari kayu sisa pagar belakan rumah dan terbentang tali rapia sebagai mistarnya….seember air telah ku siram didepan gawan…biar aksi terbang menangkap bola tendangan ayah sama dengan aksi Ronny Paslah  penjaga gawang PSSI di TV.
Begitu mendukungnya ayah akan hobiku….sehingga ayah dengan senangnya mengantar baju setiap hari ketempat pemusatan team sepak bola selama 1 bulan yang jaraknya 35km. bahkan ayah pernah menyiram ku dengan seember air dipagi buta hanya karena diriku malas latiahan padahal lomba lari 100metr dan lompat jauh yang aku ikuti di Banda Aceh tinggal 1 minggu lagi….
Air mata mulai menetes…..dan harus dibantu dengan basuhan jari….tapi wajah ayah memberi semangat melekat jelas. Itulah ayah…yang bisa saja dengan tiba-tiba meletakkan gitar “kapok” baru diatas kasur agar bisa ikut vocal grup di malam kesenian disekolah. Atau memberiku semangat saat mencabut jarum jahit sepatu yang menempel dikakiku karena keteledoranku dan begitu takutnya kalau harus dioperasi di Rumah Sakit, biasa juga ayah melakukan pekerjaan yang aku tau itu sangat tidak disukainya….mencari ikan dengan tangkul di Laskap (rawa-rawa di luar komplek). Walaupun ayah tidak pandai menggambar, tapi dia mengajari ku teori menggambar…yang entah dari mana didapat….betapa serunya kami berdebat mengerjakan PR matemikaku…….bahkan kami terkadang sepakat untuk melanjutkan debat pada saat sarapan pagi…..itulah ayah yang selalu mengingatkanku dengan perkataan….”Kalau orang bisa kita juga harus bisa!
Betapa resahnya ayah bila aku lama sampai dirumah…walaupun setelah aku berkeluarga….dia akan menunggu didepan rumah bila tahu aku akan datang…..itu kata ibuku….dan wajahnya akan sumringah bila bertemu denganku…..walau cuma kucium tangannya  dan berlalu menemui ibu untuk melepas rindu, karena sebagai lelaki kami punya cara sendiri melepas rindu yaitu menghabiskan malam sampai subuh untuk ngorol, masalah tehnik (karena kami sama-sama orang teknik electro) Bedanya dia cuma lulusan ST (bukan Sarjana Teknik, tapi Sekolah Teknik, sekolah setingkat SMP, tapi dia menyelesaikannya hanya 2 tahun dari 3 tahun yang harus dijalani) plus Sekolah Dasar yang masuk sekolahnya langsung kelas 4 (gak tau kok sekolah bisa masuk langsung kelas 4). Jadi total cuma 5 tahun ayah sekolah resmi…….si “Jenius” keluarga kami…..atau adik-adik ku yang cewek menyebutnya Mc Giever (karena selalu bisa menyelesaikan masalah sesulit apapun). Aduh banyak amat kenangan bersama ayah sebanyak air mata ini yang terus mengalir……..
Malam Jumat 8 Nov 2007, satu hari setelah Ultahnya yang ke 65, Innalillahi wa ina ilahi rojiun….ayah meninggal tiba-tiba di pelukan ibuku diatas tempat tidur mereka jam 11 malam. Padahal sore tadi ayah bersama ibu masih menjenguk adikku opname di rumah sakit di Cibinong (rumah ayah di Sentul) dan menyetir mobilnya sendiri. Itulah ayah…yang selalu tidak mau menyusahkan orang lain….walaupun itu  kami anak-anaknya…..
Taukah ayah….aku dan keluargaku sudah berusaha secepat yang kubisa untuk terakhir kali melihatmu….pergi dari tengah hutan tempat kami tinggal di Jambi yang berjarak 3 jam perjalanan berdebu dan berlubang….mencari pesawat paling pagi menuju Jakarta…tapi kenapa kabut asap menunda penerbangan dan pintu pesawat yang macet di bandara Sukarno Hatta menghalangi kita bertemu? Padahal waktu masih hidup dahulu ayah selalu menungguku didepan rumah setiap aku datang. Tapi aku tidak kecewa…karena waktu di Bandara Sutan Tahaa Jambi aku sudah iklas agar keluarga yang di Bogor untuk secepatnya melaksanakan fardu Kiffayah untuk ayah selesai sholat Jumat (ayah di sholatkan di mesjid dekat rumah dimana tempatnya selalu sholat berjamaah bahkan berbuka puasa). Yang penting adik-adikku  termasuk adik iparku sudah memandikannya dipangkuan mereka….karena itu yang menjadi keresahan dan keinginanku sebagai anak tertua dan satu-satunya laki-laki.
Ayah…aku cuma bisa memandangi tanah basah yang menimbun tubuhmu yang aku rindu di Pemakaman Umum Cibinong….

Reff :
Tuhan tolonglah sampaikan
Sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji
Tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya
Ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi maumu
Sesampai di parkiran, cepat-cepat aku basuh air mataku dengan jaket putih seragam shipyard perusahan tempat ku bekerja……………...Jangan ada yang tau……karena air mata ini yang selalu membuatku begitu percaya diri dan bersemangat mewujutkan impian dan cita-cita
Andaikan detik itu
Kan bergulir kembali
Kurindukan suasana
Basuh jiwaku
Membahagiakan aku
Yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu
Yang pernah terlewati
Lagu itu kembali membisik ku disaat pulang kerja…..air mata tumpah lagi..tak terbendung….rinduku pada ayah takakan pernah berhenti…….hanya doa yang bisa aku buat Ya Allah sayangilah ayahku seperti dia menyayangi diriku…….
Amin

Senin, 25 Oktober 2010

Shock Therapy

Belum menulis tema ini saja sebenarnya saya sudah senyum-senyum sendiri bila teringat kejadian ini. Walau kejadian ini sudah puluhan tahun berlalu tapi kok masih lekat dalam ingatan ini…bahkan sampai sampai bangku sekolah dan posisi duduk waktu kami kelas 6 SD saat kejadian ini masih terlukis jelas. Itulah hebatnya memori otak ini, mungkin kalau cuma disimpan di USB (saat itu belum ada) mungkin kejadian ini sudah hilang dari memorinya…bisa jadi rusak karena istri mencuci celana tanpa cek isi kantongnya dan saya belum mengeluarkan dari kantongnya karena saya rasa celana yang baru dipakai 2 minggu masih layak pakai untuk minggu berikutnya…tapi versi istri celana cuma boleh dipake 2 hari saja…. atau dipinjam teman yang suka lupa (lupa mulangkan).

Saya punya sahabat dan menjadi teman sebangku ( sebenarnya salah ya …teman se meja …karena mejanya yang sama tapi kursinya terpisah) waktu SD. Si Bob namanya.
Bob selalu kesusahan bila dalam keadaan tertekan atau ingin buru-buru bicara…maka kalimat yang indah harus berulang di awal….”A…..aaa…aaa…aaaaku mau pulang cepat Wan….”….atau…..”Be…b…b…..bebe….sok…..aa…..aaaakku mau ke Medan Wan”. Begitu seterusnya….mirip denga si Jimron di Film “Sang Pemimpi” Cuma bedanya Jimron gila kuda…..di Bob gila sepeda.

Yang membuat si Bob tambah berkeriangat dan strees…adalah bila harus membaca secara bergiliran bila pelajaran Bahasa Indonesia yang diajar Pak Rahman….guru killer yang bisa sesuka hatinya menghentikan murid yang sedang membaca dan memerintahkan murid lain menyambungnya…terutama orang-orang seperti kami yang lebih senang mengombrol dikelas atau sekedar beradu kuat lengan di bawah meja. Tambah strees lah si Bob…bila dia yang ditunjuk…dan harus menyambung bacaan entah dari mana….jangan berharap ada kata yang lengkap ,cuma hurup aja yang bakal keluar……”A…a….ack….akc…….a….acck?” karena belum lengkap hurup itu jadi kalimat kuping si Bob sudah panas duluan di jewer si “killer”.

Dari mulut ke mulut…(walau ini harus di koreksi…menjadi dari mulut ke telinga….dari mulut ke telingan begitu seterusnya mungkin sampai 100x) akhirnya ketemu rumusnya kalau orang yang “gagap” harus di”tampar” tu mulut kalau datang gagapnya. Ya istilahnya shock therapy.

Sesuai kesepakatan dan melihat kondisi saat itu, maka hanya pelajaran bahasa Indonesia lah saat yang tepat melaksanakan skenorio tersebut….walau resikonya tinggi…..(kan ingat pepatah…semakin besar resikonya semakin hebat hasilnya). Resiko tinggal resiko…masa depan lebih penting.

Saat yang ditunggu tiba….semua murid diam bersiap dan was-was menjadi pembaca berikutnya…..”Stop!”…….”Bob…lanjut!” teriak si Killer. Nah lo……saatnya tiba….saat Bob mulai tarik napas dan …..”A….acck…ck……kc….” langsung lah tapak tangan ku yang sudah ditarik setengah lingkaran dan dengan kekuatan penuh mengarah ke mulut si Bob……plak!.....si Bob pun menjerit….”Aduh!”…belum lagi sempat kepikiran langkah berikut…..wow…kepala dan rambut rasanya berputar-putar di barengi rasa sakit yang luar biasa…plus suara “duk” kepala kami beradu karena kedua tangan si Killer” menjambak rambut kami memutarnya dan kepala kami beradu. Rupanya bukan cuma sampai disitu…tapi plus di usir dari dalam kelas!

Percaya atau tidak….Allahualam…... nyatanya sekarang si Bob lancar bicara …bahkan dalam memimpin rapat penting. Rasanya perlu di coba tu shock therapy dalam kehidupan ini walau dengan jalan atau kasus yang berbeda……mau mencoba?

Untuk sahabat ku Bob…maaf saya sharing tulisan ini buat teman yang lain…..tapi Bob,….jangan-jangan kalau kamu tidak saya tampar waktu SD, mungkin kamu lebih top dan lebih hebat dari Aziz Gagap…i...ik...ik...iih..….iya.kan?.....ha…ha….

Salam

Minggu, 24 Oktober 2010

Hukuman Terberat

Masing masing orang pasti pernah mendapat hukuman dalam hidupnya. Ya…hukuman bisa dari Jaksa, dari kepala sekolah, dari pelatih sepak bola. Bakan dari orang tua pun pasti kita semua pernah mendapatkannya. Hukuman yang diberikan setimpal atau tidak tergantung orang yang melaksankan atau orang yang menjatuhkannya.

Sahabat jaga malam saya sebagai petugas electric diperusahaan bubur kertas pernah bercerita bagaimana dia dihukum ayahnya karena berbuat kesalahan dengan diikat dipohon yang yang ada semut rangrang (semut merah yang besar yang kalau gigi sakit dan gatal, bahkan sakin gatalnya membuat kulit terkelupas digaruk dan menjadi lama sembuhnya). Atau sahabat saya waktu kecil yang karena main hujan tanpa izin ortunya akhirnya ortunya murka dan menghukumnya berlari di tengah hujan dengan telanjang bulat keliling komplek….untung aja masih kecil…kalau sudah besar seperti sekarang mungkin ortunya akan satu sel dengan Ariel Peterpan karena bisa dikenakan undang-undang pornografi serta pasal berlapis undang-undang darurat tahun 1951. Ini undang-undang kok masih ada ya? Apa masih relefan ama jaman sekarang atau para orang hukum udah kehabisan akal sehingga UU yang udah tuapun masih berlaku.

Itu hanya sekelumit hukuman yang pernah dijalani dari orang-orang sekitar saya, masih banyak contoh lainnya. Bagi saya sendiri, mengingat hukuman jadi teringat waktu SMP, ketika guru favorit saya sampai saat ini, Pak Ritonga namanya menghukum murid dikelas kami yang tidak belajar malam sebelumnya dengan pertanyaan pelajaran geografinya.
Setiap murid ditanya, yang gak bisa menjawab harus naik keatas meja buat anak laki-laki, dan naik ke atas kursi buat anak perempuan. Untung aja gak terbalik, yang perempuan naik di atas meja….wah bisa bahaya kalau para laki-laki mendongak keatas.

Bersyukur saya bisa menjawab soal (hanya 3 orang yang tidak dihukum saya dan 2 murid perempuan), kalau tidak bisa menjawab mungkin saya akan menjalani hukuman paling berat dan memalukan sepanjang hayat saya. 

Mungkin beruntung para anggota Dewan terhormat karena saya tidak duduk di Dewan Kehormatan DPR (ngimpi…..). karena saya akan menghukum anggota Dewan yang malas dan tidur serta asbun (asal bunya) dalam rapat dengan hukuman ala pak Ritongan guru  idola saya itu, “naik ke atas meja”.
 Kebayangkan dalam siaran langsung di TV ada anggota dewan yang berdiri di atas meja???? Ha…di jamin gak hadir atau mengundurkan diri tu anggota dewan…

Salam

Sepak Bola Kiyam (kaki ayam)

Hari Sabtu dan Minggu adalah waktu yang paling ditunggu penggemar bola termasuk saya tentunya. Apalagi semenjak tinggal di P. Bintan siaran sepak bola di TV tidak perlu kuatir di acak lagi seperti saat tinggal di Kuala Tungkal yang harus berlanganan TV kabel untuk untuk menonton liga Inggris.
Setiap menonton sepak bola terkadang fikiran melayang jauh ke masa kecil dahulu saat tinggal di Rantau Kuala Simpang Aceh.. Ketika berlatih dan bertanding sepak bola hanya menggunakan kaki ayam alias “kiyam”.Alangkah indahnya masa kecil dahulu ketika bertanding sepak bola antar RT sebelah, hampir saban hari bertanding…walau skornya kadang gak masuk akal karena skornya bisa seperti pertandingan bola volley saja 24 – 25 dan pertandingan akan selesai kalau azan magrib tiba. Atau setiap tahun diadakan pertandingan resmi antar RT juga, betapa bangganya bisa bermain di lapangna bola orang dewasa dengan rumput hijaunya dan gawang yang diberi jaring…beda amat dengan sepak bola kiyam sehari-hari yang tiang gawangnya hanya ditandai dengan sandal para pemain dan paling kesal sebagai keeper kalau ada tendangan yang dapat ditepis keatas tapi tetap dianggap gol karena mistar atas tidak ada. Begitu seringnya diadakan pertandinngan tapi gak pernah bosan menghadapinya, bahkan tanpa sadar air mata ini meleleh sedih bila sudah berencana bertanding namun batal dilaksanakan.

Yang lebih gila lagi kalau bulan puasa, pertandingan bola bisa dilakukan setelah sahur, dimana lapangan masih gelap mana kawan mana lawan gak tau…yang peting…goooal….Pertandingan berhenti kalau sudah letih tak bersisa lagi….baru terasa beratnya puasa…karena setelah itu kepala harus direndam terus sepanjang hari dalam air atau sesekali masukan kepala ke kulkas biar adem…menunggu buka. Tapi gak masalah mungkin karena beratnya puasa waktu kecil tersebutlah jadi terbiasa setelah besar walau gak sahur tetap mudah saja menjalankannya…karena yang lebih berat waktu kecil sudah di jalani.
SMP masih bertanding sepak bola dengna “kiyam”, sampai suatu saat ada seleksi team sepak bola di Langsa (Aceh Timur) yang mengharuskan menggunakan sepatu bola. Saat itu sangat jarang orang yang punya sepatu bola, putar otak dan cari sana sini akhirnya ketemu sepatu bola punya bang Nasar yang sudah ikut latihan dengan team sepak Bapor Pertamina. Akhirnya dapet pinjaman.

Dengan percaya diri yang tinggi bakal terpilih, karena  setahun sebelumnya baru saja menjadi keper team Aceh Timur meraih juara 1 PORSENI propinsi Aceh. Tanpa modal pernah bermain dengan sepatu bola, tanpa adaptasi latihan dengan sepatu bola….maju terus percaya diri…..

Apa daya…rupanya dari sepak bola “kiyam” ke sepak bola beneran dengan sepatu bola beda amat. Diperlukan latihan dan latihan serta adaptasi yang lama di kaki…..skor 8 – 0 jadi saksi ketika banyak bola tak tertangkap karena selalu tersandung saat loncat dan berlari atau tendangan yang jauh sampai ke gawang lawan jadi hilang menjadi tendangan yang sangat dekat dan mengarah kelawan, sehingga lawan dengan mudahnya mencetak goooal………

Sampai saat ini masih banyak kita lihat anak-anak Indonesia bermain bola dengan “kiyam” nah apa karena “kiyam” inikah makanya team sepak bola Indonesia masih melempem sampai saat ini? Karena para pemain yang menghuni team PSSi masih ber adaptasi sampai saat ini dari sepak bola “kiyam” ke sepak bola sebenarnya dengan sepatu bola yang mayoritas produksi luar negri dan dirancang untuk kaki orang luar negri juga? Semoga saja tidak…….karena anak-anak tetap bermain bola dengan “kiyam” karena mereka belum mampu punya sepatu bola. Atau kita berjuang mati-matian agar Piala Dunia kedepan  tanpa sepatu alias “kiyam” kayaknya ini lebih realistis ditempuh untuk menuju Piala Dunia.

Salam

Mempercepat PSSI jadi peserta World Cup

Melihat judulnya sepertinya kita sudah dipertengahan jalan untuk menuju kesana (jadi peserta piala dunia). Ibarat atlet lari sprint 100m mungkin saat ini team sepakbola kita masih pemasan sementara team seperti Thailand sudah siap-siap digaris star, Korea & Jepang sudah berlari di meter ke 40 dan mungkin Spayol, Brazil, Jerman sudah saling genjot di meter ke 95. Wajar saja kita masih pemanasan bahkan mungkinpun masih ikut melongok di pinggir lintasan sambil bertepuk tangan…..mengingat rangking kita di FIFA yang ke 131….padahal perlomban cuma 100 (meter).

Tapi sebagai anak bangsa mana boleh menyerah….siapa tau para dukun-dukun dan pawang kita yang terkenal mau berkaloborasi membantu. Lihat saja sepak bola dikampung-kampung yang katanya selalu dihubungkan dengan pawang bila salah satu gawang sulit dijebol striker lawan….sehingga seporternya harus bersusah paya membuka celanaya di tengah keramaian hanya sekedar “mengencingi” gawang lawan pada masa istirahat….yang ketika permainan dimulai kembali itu menjadi gawang team kesayangannya dan mungkin penjaga gawangnya kerabat atau saudaranya. Padahal bisa jadi strikernya lebih banyak mencangkul ladang dibandingkan nyepak bola, makanya kakinya lebih banyak kesangkut gundukan tanah dari pada mengenai bola. Tapi walau pun begitu, sebagai mantan penjaga gawang dan tidak percaya hal yang begitu….ya mau aja tapak tangan saya di mantra-mantra sembari meludahi telapa tangan…dan menyelipkan lada hitam dan daun sirih di tulang kering biar manjur…..katanya demi persahabatan dan kemenangan team….mmmm…walau nyatanya kalah telak dari PSDS Yr (Deli Serdang-Sumut) 4 – 0.

Kembali ketopik diatas….PSSI sudah mencoba berbagai hal menuju kesana…dari mengirim pemainnya latihan di Italia, menggunakan jasa pelatih asing (walau Inggis aja yang embahnya bola juga pake pelatih asing dan gagal di PD 2010), mengundang team besar datang…terakhir Uruguay…walau hasilnya 7 – 1.Hasilnya ya gagal maning…mungkin ketua PSSI nya aja ya diganti?

Setelah sekian banyak cara ditempuh rasanya (menurut saya yang bukan komentator) ada 2 hal yang bisa dicoba lagi.
Pertama : Ada pengusaha dari Indonesia yang membeli klub di liga Inggris atau Spanyol. Kebayangkan misalnya pak Chairul Tanjung membeli Manchester United, Pak Eka Cipta membeli Bayer Munchen, pak Bob Sadino menbeli Barcelona (biar kita bisa lihat Barca tampil beda tidak hanya dengan kostum merah dari biru, tapi menjadi kostum kotak-kotak…belum ada kan?), siapa tau kostum Manchester United didadanya ada tertulis “PECEL LELE”….  dan pengusaha-pengusaha kaya lainnya. Ada 20 saja pengusaha yang menbeli klub besar di Eropa berarti mereka bisa memaksakan pemain kita masuk dalam team inti dan bila dikumpulkan bisa jadi satu team sepak bola.

Kedua : Ya hampir sama dengan yang pertama, bedanya pelatih kita yang melatih disana??? Gimana?? Ada pelatih kita yang melatih di Eropa..Inter Milan di latih oleh Danurwindo…kan beliau sudah pernah disana melatih team Primavera, Real Madrid dilatih Rahmad Darmawan…….”ngimpi”! ( ya kayak iklan di TV), gak saya yakin ini bukan mimpi…lihat saja para pelatih kita ketika menjadi komentor di TV…mereka hebat loh, bisa mengkritik dan menyarankan taktik yang benar……..walau yang mereka bicarakan pelatih sekelas Jose Mourinho atau Marchelo Lippi. Masak seh kalau mereka jadi pelatih di Eropa gak bawa pemain dari Indonesia? Itu wajar saja kan…..Wenger saja yang pintar mencari pemain muda berbakat saja tetap membawa legiun asing dari Francis atau Benites yang memaksa Liverpool menggelontorkan uang dari kasnya untuk memboyong Torres….gimana?….ada yang berminat bawa Boas (Persipura) atau Haryono (Persib) ke Eropa??? Ya tunggu dulu kalau pelatih kita atau pengusaha jadi ke Eropa….

Tapi kalau itu semua hanya mimpi……ya biarlah saya yang “bermimpi” menjadi pelatih atau pengusaha yang berkiprah di Eropa…..emm….oh ya…saya akan melatih atau membeli klub apa ya?...kayaknya klub Liga Inggris Toteham Hotspur sajalah…karena saya belum punya kostum original nya…ha…ha….

Salam

Mantra Asap

Beberapa hari lalu…seperti biasa suka tukar-tukar chanel TV cari acara yang lagi enak dipelototi,  eh …sampailah di berita TV3 Malaysia (siaran TV Malaysia dapat ditangkap di P. Bintan tanpa parabola) yang sedang memberitakan kabut asap yang terjadi di Kuala Lumpur beserta tanggapan dari pejabat yang berwenang. Jadi malu melihat berita tersebut. Dimana dengan arifnya pejabat yang berwenang dan warga Malaysia yang kena dampak asap dari Sumatra itu menyikapi….beda amat dengan sikap bangsaku yang langsung mencak-mencak, demo dan sampai mengajukan usulan perang! (emang enak pa perang??) hanya karena petugasnya patrolinya di introgasi karena memasuki wilayah Malaysia (bisa jadi alat GPRSnya gak perfungsi)  ya begitulah mungkin ada perbedaan cara berfikir dan ada korelasi dengan kemajuan negaranya.

Asap….. walaupun sudah meninggalkan Jambi (sekarang di P. Bintan) mengapa masih juga mengikuti dan kena dampaknya walau pembakaran gambutnya di Sumatra (Riau atau Jambi) cukup jauh? Jadi melayang pikiran kembali di tahun 1997 saat tinggal dan mencari nafkah  di Tanjung Jabung-Jambi, saat kabut asap paling parah sepanjang hidup ini. Gimana enggak selalu menghantui kejadian asap tersebut…..dengan terpaksa mengungsikan istri yang lagi hamil, jarak pandang hanya 2 meter sehingga mengemudi sepeda motor saja harus dengan kecepatan 10km/jam dengan super  hati-hati, masker selalu dikenakan, obat hisap untuk tenggorokan (strocces) dan vitamin C saban hari dikonsumsi…..betapa sesaknya bernapas saat itu, mau lari gak mungkin,perusahaan tempat mencari nafkah tetap beroperasi. Napas yang sudah sesak bertambah berat menghirupnya bila melihat di TV pejabat di Jakarta masih bisa tertawa-tawa menanggapi “bencana nasional” ini.

Saya yakin semua orang dari yang rakyat jelatah sampe pejabat tahu cara mengatasinya  tetapi yang pasti sampai saat ini kejadian serupa tetap terjadi.

Dari pada pusing …mending mencoba “mantra asap” waktu masih kecil dahulu. Dimana setiap membakar sampah atau bakar jagung bersama ayah bila asapnya menghampiri wajah selalu membacanya “…asap kesana dikasih batang pisang (kebetulan pohon pisang benda terdekat)” atau “ asap kesana dikasih buah jambu (karena buah jambu ada disekitar situ)”. Eh ternyata mantra itu mujarab karena rupanya arah angin berubah…atau mantra itu jadi mujarab karena tanpa disadari saya “pindah” tempat karena gak tahan melawan asap.

Okelah sekarang mantra itu saya baca lagi “….asap kesana di kasih anggota dewan (….waduh kebetulan lagi nonton TV berita anggota dewan mau belajar etika ke Yunani)
Semoga berhasil! Tapi bila asap ini masih menerpa wajah….wah harus dilakukan langkah ke dua neh….”pindah”….menjadi pelatih atau pemilik klub sepakbola di Eropa.

Salam

Jumat, 22 Oktober 2010

Orang apakah anda?

Selama siang semuanya,

Ketika kita bertemu dengan seseorang dimana dan kapanpun, apalagi orang-orang yang baru kita kenal.....selalu menanyakan...."Asal anda dari mana??"....atau "Anda orang apa?......pertanyaan yang sederhana...bahkan terkadang tersa gampang....tapi ternyata tidak gampang buat saya

Sebagai manusia yang dilahirkan dari keturunan ayah Jawa dan Aceh bertemu dengan ibu yang dominan Jawa....sebenarnya jawaban jadi sangat mudah..."JAWA" jawabnya...tapi gak segampang itukan??? ketika kemudian yang menanyakan bisa bahasa Jawa...nah disini masalahnya.....bahasa Jawanya nol besar....malah harus perlu transletter untuk mengucapkan kata-kata sederhana sekalipu....belum lagi logak MEDAN yang begitu kentara....

Akhirnya....ya orang INDONESIA....jadinya.....

Salam