Kamis, 04 November 2010

Laskap ( My Favorite Childhood Place)

Rumah Juru Kunci Laskap (Photo by Taufiq Ridla M……thanks to your photo)
Mungkin hanya orang-orang yang pernah dan masih tinggal di Kompleks Pertamina Rantau Kuala Simpang Aceh Tamiang dan sekitarnya saja yang pernah mendengar dan tahu tempat ini. Kata “laskap” begitu mudah disebutkan....semudah mencapai lokasinya.
Beberapa kali saya sudah cek kalimat ini di mbah GOOGLE (http://www.google.com/), dikamus Indonesia dan Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia, tapi hanya mendapat data kata yang mendekatinya. Begitu juga didalam kamus bahasa Inggris berikut kata yang mendekatinya:
LANSKAP : bentang darat merujuk pada susunan daerah tanah dan representasi visualnya, khususnya seperti yang digambarkan dalam lukisan. Dalam hal fisik, istilah lanskap menyatakan penafsiran visual atas susunan tanah, karena ini adalah cara utama di mana lanskap dirasakan  (Wikipedia bahasa Indonesia)
LAST CAP : Tutup terakhir (kamus bahasa Inggris)
LAST CUP : Cangkir Terakhir (kamus bahasa Inggris)
LASKAP : Nah ini sangat pas...tapi setelah ditelusuri...rupanya penulisan yang salah dari Novel Tetralogi LASKAP PELANGI ...........seharusnya LASKAR PELANGI
Terus terang kata LASKAP begitu sedikit asing untuk daerah ini……melihat nama disekitar tempat ini begitu Indonesia........seperti Kampung Lalang, Kampung Jawa, Alur Cucur.....bahkan Gedong Enam.
Tapi dari beberapa kata yang diatas sepertinya LAST CUP yang paling pas. Mungkin dulunya waktu sarjana-sarjana dari kantor pusat Pertamina di Jakarta membangun Komplek Pertamina Rantau menamakannya begitu karena memang LASKAP adalah tempat semua saluran air atau drainase komplek ini kesana.....jadi LAST CUP bisa diartikan sebagai...”Tempat penampungan akhir” sebelum dialirkan ke sungai Tamiang. Kemudian menjadi bahasa baku sesuai penyebutan lidah orang Rantau....... LASKAP. Ini didukung juga dengan daerah Batu Lapan (Pemakaman Umum) masuk kedalam........ ada tempat yang namanya WATERPOM......padahal ini sebenarnya WATER PUMP....karena disini pusat Water Treatment Pertamina Rantau.
Semoga saja asal muasal kata LASKAP ini benar...kalaupun salah....saya berdoa ada yang memberi tahu sejarah nama tersebut.
Oke lah kita tinggalkan kata LASKAP dengan misterinya, saatnya saya memaparkan alasan mengapa LASKAP menjadi tempat paling favorite..........
Ada dua tempat paling terkenal di LASKAP.....yaitu Pintu Air 1 dan Pintu Air 2. Pintu Air 1 ini lurusan dari Jl. Pangkalan Brandan....nah kalau Pintu Air 2 jalur dari parit besar belakang rumah ku....Jl. Sorong....tapi walau Pintu Air 2 lebih dekat dengan rumahku.....tapi aku lebih nyaman di Pintu Air 1...karena pas di samping rumah Uwak (abang ibuku) -ku yang menjadi juru kunci nya.......layaknya mbah Maridjan....karena sampai pensiun dari staf Pertamina tetap mejaga laskap.
Wah LASKAP memang tempat OUTBOND paling natural....tanpa bayar...padahal tempat ini hanya saluran air selebar 3 meter yang disekitarnya ada rawa-rawa dan semak beluk...termasuk rotan juga tumbuh disana.. Kalau lagi hari biasa......sore hari paling nikmat duduk diatas pagar besi berdiameter 1 inc yang menbatasi Kompleks dengan Laskap.....ya pagar setinggi 3 meter yang di bagian atasnya bengkok 450 mengarah keluar begitu nikmatnya diduduki...serasa duduk di stadion Senayan....sambil melihat sepupuku atau teman-teman yang semuanya aku kenal lagi mencari ikan...memancing atau menggunakan tangkul. Terkadang mereka mendapat ikan gabus....lele...betik  atau sepat siam yang sebesar tepak tangan orang dewasa....atau sekedar ikan sepat daun......atau kami nyebutnya sepat “lonte”...karena ikan tersebut tingkahnya kaya...lo.....te......berkali-kali nyembul di air dan memamerkan diri...tapi sulit ditangkap....mana lebih banyak duri dibanding dagingnya.
Bila melihat kekanan....ya arah hulu...maka ada pertigaan saluran air itu...yang airnya bukan berasal dari pembuangan Komplek. Airnya begitu dingin dan jernih karena tersaring secara alami dari atas sana yang aku gak pernah tau dimana mata airnya....walau kami pernah berjalan kesana sejauh 3 KM...yang ada hanya hamparan eceng gondok. Nah disini tempat paling asik untuk berenang dan menyelam ditemani ikan….....ambil anjang-ancang dari atas gundukan tanah.............loncat ketengah air yang jernih.......sekejap ...air akan berubah menghitam karena lumpur yang ada didasar naik keatas.......walau panas terik.........dengan kulit menghitam... ..mengkilat disamak lumpur.....dan rambut mengeras saat selesai berenang layaknya menggunakan hair spray form. Itulah yang tidak ditemukan bila  berenang di kolam Rencong Patra milik Pertamina…..
 Pada saat berenang ini lah ada pengobatan tradisional...........ya pengobatan kudis alias luka bernanah yang gak sembuh-sembuh karena selalu basah dan kotor ....karna terus-menerus terkontaminasi lumpur laskap...........saat luka tersebut di sedot “lintah” hewan super elastic berwarna hitam berbulu dan berwarna hijau di perutnya............... dan untuk  melepasnya cukup sulit karena tubuhnya yang licin..............hanya tembakau yang membuatnya bertekuk lutut .........inilah  jugalah  makluk unik yang susah matinya seperti Bruce Willis di film  “Die Hard”….walau dibanting, di pukul, diulek  pake batu gak bakalan mati..........untuk matinya rupanya gampang.......caranya cukup menusuk pantatnya dan membalik sisi luarnya kedalam dengan ranting kayu. Kalau soal kesembuhan.........?.Dijamin setelah seminggu tu kudis langsung sembuh!....Aku contohnya.............
Tapi di lokasi tempat favorit berenang itu ada kenangan buruk yang aku alami.....ketika aku hanya terpaku dan tidak bisa berbuat apa-apa dari balik pagar nya yang kokoh......saat si Marwan sepupuku berjuang hidup dan mati bagai seorang matador Spanyol menjadi mainan banteng.....uh........nasib.....si Marwan diseruduk lembu (sapi) sampai terpental ke udara beberapa kali dan terjajar di tunggul pohon dengan wajah menyerah.....untung saja lembu itu segera di halau oleh penjaganya..........ternyata  lembu  betina itu baru kehilangan  anaknya.......apa mungkin wajah Marwan sepupuku mirip sapi jantan yang menghamilinya ya????......ha....ha........tersenyum diatas rintihan Marwan sepupuku.....
Pada saat musim hujan.....Laskap masih lumayan bersahabat....dimana ikan masih bisa ditangkap....tapi pertumbuhan eceng gondok yang begitu cepat...membuat semua permukaan air tertutup. Bahkan semakin di penghujung tahun....terkadang air Laskap bisa meluber sampai kedalam komplek....dan merendam rumah disekitarnya...termasuk rumah .......Uwak-ku........... Saat itu lah berenang kami pindah ke jalan-jalan didalam komplek atau menjadi nahkoda rakit dari gedebok (batang) pisang.

Laskap meluap 2006 (Photo by: Moh Dani……thanks to your photo)
Puncak pesta Laskap adalah saat musim kemarau......ikan-ikan yang selama musim hujan menjadi sombong dibalik eceng gondok....siap dipanen. Ya kami berburu ikan-ikan itu dengan  menangkul (jaring persegi empat yang ditopang dengan bambu di keempat sisinya....dan batang bambu utuh yang bulat panjang yang ujungnya di ikat ke empat sisi jaring tadi serta ujung satunya ditahan dengan kaki untuk memudahkan menarik talinya ke atas). Semakin kering air laskap...semakin seru berburu ikan........hanya dengan menggunakan tangan atau disebut “gogoh” kami bisa menangkap ikan sepat yang terperangkap dengan hanya membalik kumpulan eceng gondok. Atau buat para jawara gogoh.....mereka bisa mendapat ikan gabus segede betis orang dewasa digorong-gorong lumpur........ yang buat heran, mengapa setiap menangkap gabus digorong-gorong ......pasti selalu ditemani ular “kadut” (ular air yang besar tapi tubuhnya pendek) yang besarnya sama besar dengan ikan gabus tersebut cuma beda panjang. Kata neneku...kalau ikan gabus kawinnya dengan ular kadut....xi....xi.....apa iya ya........... ada yang sempet liat mereka kawin………@%%???????.
Jangan heran bila dimasa panen ikan ini para jawara bisa pulang membawa ikan sampai 30kg/perorang......tentunya tidak dihitung ular kadut yang tertangkap. Begitu mudahnya menangkap ikan disana............bahkan seorang yang tidak pintar mencari ikan sepertiku  bisa membawa pulang ikan dalam jumlah lumanyan.
Sampai dirumah...ikan-kan segar itu langsung di”siangi” (dibersihkan).....digoreng kering...ditemani sambal kecap....eh....eh.....mak yussssss........ Atau dikeringkan dengan mengasapkannya.....em.....bisa buat oleh-oleh........
Oh....LAST CUP.....eh....LASKAP.........aku masih rindu saat-saat itu......
Salam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar