Sama seperti pagi sebelumnya, hanya saja pagi ini kok pengen dengeri MP3 sepanjang perjalanan pergi kekantor jang berjarak 15 menit dari rumah. Dengeri lagu sering saya lakukan untuk memberi semangat sebelum mulai aktifitas…..bahkan dahulu sebelum memulai pertandingan sepakbola bola harus mendapat “doping” lagu rock dari GODBLESS”.
Selesai lagu pertama, mulailah lagu kedua…….
Kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu
Buatku melambung
Disisimu terngiang
Hangat nafas segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi
Serta harapanmu
Bait pertama selesai……bait berikutnya menyusul…….tapi mata ini mulai berkaca-kaca dan pikiran menembus ruang dan waktu….puluhan tahun ke belakang…dan ingat sosok AYAH ku.
Ingat dibonceng ayah naik sepeda sport modelnya saat belanja untuk warung kecil kami disamping rumah, bagaimana ayah mengikat kakiku karena takut kakiku masuk jari-jari sepeda. Oh…ayah..begitu gak teganya diriku saat ayah membiarkan diriku tetap terikat kaki masih diatas sepeda yang didorong karena tanjakan Bukit Suling yang lumayan panjang itu….ayah tetap tersenyum walau keringatnya bercucuran. Dan kami akan tertawa bahagia bersama ketika meluncur kencang menerpa angin dipenurunan bukut tersebut, seperti Valentino Rossi sampai garis finish.
Terkadang disaat tengah malam…..ayah dengan lembutnya membangunkan diriku…..dan menemaninya pergi bekerja ke lokasi pengeboran minyak di sekitar Pertamina Rantau. Gelap dan dingin disepanjang jalan, tapi kami berdua tetap semangat menembus malam, mengangkat baterai yang rusak yang lumayan berat bersama-sama atau mengganti radio komunikasi yang yang tidak berfungsi normal agar komunikasi karyawan pengeboran dan produksi menjadi lancr. Dan kami akan tertawa bahagia bersama bila masalah bisa kami selesaikan. Walau tantangan menuju pulang sama beratnya dengan waktu berangkat,…melewati hutan gelap yang masih banyak binatang buas, belum lagi bila musim hujan jalanan berlumpur sehingga mobil Jeep Gladiator 4X4 berjalan terseok-seok seperti peserta offroad. Padahal ayah selalu bilang, bisa saja ini tidak kita lakukan…ayah bisa saja memerintahkan anggotanya yang berangkat…..tapi itulah ayah…..tidak pernah menyusahkan orang lain…walau anggotanya sekalipun……bagaimana dengan diriku….pengalaman luar biasa dan inilah yang menempaku untuk kapan saja dapat secepat kilat hadir dipanggil malam bila ada masalah electric di pabrik tempatku bekerja. Karena ini tidak seberapa dibandingakn perjuangan kami berdua.
MP3 masih memutar lagu tersebut,
Kau ingin ku menjadi
Yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu
Jauhkan godaan
Yang mungkin kulakukan
Dalam waktuku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku
Terbelenggu jatuh dan terinjak
Yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu
Jauhkan godaan
Yang mungkin kulakukan
Dalam waktuku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku
Terbelenggu jatuh dan terinjak
Betapa bangganya bila sore tiba dan ayah meluangkan waktu untuk bermain bola disamping rumah kami yang berhalaman luas…..karena diriku selalu menjadi penjaga gawang, maka dihalaman tersebut ada gawang yang terbuat dari kayu sisa pagar belakan rumah dan terbentang tali rapia sebagai mistarnya….seember air telah ku siram didepan gawan…biar aksi terbang menangkap bola tendangan ayah sama dengan aksi Ronny Paslah penjaga gawang PSSI di TV.
Begitu mendukungnya ayah akan hobiku….sehingga ayah dengan senangnya mengantar baju setiap hari ketempat pemusatan team sepak bola selama 1 bulan yang jaraknya 35km. bahkan ayah pernah menyiram ku dengan seember air dipagi buta hanya karena diriku malas latiahan padahal lomba lari 100metr dan lompat jauh yang aku ikuti di Banda Aceh tinggal 1 minggu lagi….
Air mata mulai menetes…..dan harus dibantu dengan basuhan jari….tapi wajah ayah memberi semangat melekat jelas. Itulah ayah…yang bisa saja dengan tiba-tiba meletakkan gitar “kapok” baru diatas kasur agar bisa ikut vocal grup di malam kesenian disekolah. Atau memberiku semangat saat mencabut jarum jahit sepatu yang menempel dikakiku karena keteledoranku dan begitu takutnya kalau harus dioperasi di Rumah Sakit, biasa juga ayah melakukan pekerjaan yang aku tau itu sangat tidak disukainya….mencari ikan dengan tangkul di Laskap (rawa-rawa di luar komplek). Walaupun ayah tidak pandai menggambar, tapi dia mengajari ku teori menggambar…yang entah dari mana didapat….betapa serunya kami berdebat mengerjakan PR matemikaku…….bahkan kami terkadang sepakat untuk melanjutkan debat pada saat sarapan pagi…..itulah ayah yang selalu mengingatkanku dengan perkataan….”Kalau orang bisa kita juga harus bisa!
Betapa resahnya ayah bila aku lama sampai dirumah…walaupun setelah aku berkeluarga….dia akan menunggu didepan rumah bila tahu aku akan datang…..itu kata ibuku….dan wajahnya akan sumringah bila bertemu denganku…..walau cuma kucium tangannya dan berlalu menemui ibu untuk melepas rindu, karena sebagai lelaki kami punya cara sendiri melepas rindu yaitu menghabiskan malam sampai subuh untuk ngorol, masalah tehnik (karena kami sama-sama orang teknik electro) Bedanya dia cuma lulusan ST (bukan Sarjana Teknik, tapi Sekolah Teknik, sekolah setingkat SMP, tapi dia menyelesaikannya hanya 2 tahun dari 3 tahun yang harus dijalani) plus Sekolah Dasar yang masuk sekolahnya langsung kelas 4 (gak tau kok sekolah bisa masuk langsung kelas 4). Jadi total cuma 5 tahun ayah sekolah resmi…….si “Jenius” keluarga kami…..atau adik-adik ku yang cewek menyebutnya Mc Giever (karena selalu bisa menyelesaikan masalah sesulit apapun). Aduh banyak amat kenangan bersama ayah sebanyak air mata ini yang terus mengalir……..
Malam Jumat 8 Nov 2007, satu hari setelah Ultahnya yang ke 65, Innalillahi wa ina ilahi rojiun….ayah meninggal tiba-tiba di pelukan ibuku diatas tempat tidur mereka jam 11 malam. Padahal sore tadi ayah bersama ibu masih menjenguk adikku opname di rumah sakit di Cibinong (rumah ayah di Sentul) dan menyetir mobilnya sendiri. Itulah ayah…yang selalu tidak mau menyusahkan orang lain….walaupun itu kami anak-anaknya…..
Taukah ayah….aku dan keluargaku sudah berusaha secepat yang kubisa untuk terakhir kali melihatmu….pergi dari tengah hutan tempat kami tinggal di Jambi yang berjarak 3 jam perjalanan berdebu dan berlubang….mencari pesawat paling pagi menuju Jakarta…tapi kenapa kabut asap menunda penerbangan dan pintu pesawat yang macet di bandara Sukarno Hatta menghalangi kita bertemu? Padahal waktu masih hidup dahulu ayah selalu menungguku didepan rumah setiap aku datang. Tapi aku tidak kecewa…karena waktu di Bandara Sutan Tahaa Jambi aku sudah iklas agar keluarga yang di Bogor untuk secepatnya melaksanakan fardu Kiffayah untuk ayah selesai sholat Jumat (ayah di sholatkan di mesjid dekat rumah dimana tempatnya selalu sholat berjamaah bahkan berbuka puasa). Yang penting adik-adikku termasuk adik iparku sudah memandikannya dipangkuan mereka….karena itu yang menjadi keresahan dan keinginanku sebagai anak tertua dan satu-satunya laki-laki.
Ayah…aku cuma bisa memandangi tanah basah yang menimbun tubuhmu yang aku rindu di Pemakaman Umum Cibinong….
Reff :
Tuhan tolonglah sampaikan
Sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji
Tak
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya
Ku mencintaimu
Sesampai di parkiran, cepat-cepat aku basuh air mataku dengan jaket putih seragam shipyard perusahan tempat ku bekerja……………...Jangan ada yang tau……karena air mata ini yang selalu membuatku begitu percaya diri dan bersemangat mewujutkan impian dan cita-cita
Andaikan detik itu
Kan bergulir kembali
Kurindukan suasana
Basuh jiwaku
Membahagiakan aku
Yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu
Yang pernah terlewati
Kurindukan suasana
Basuh jiwaku
Membahagiakan aku
Yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu
Yang pernah terlewati
Lagu itu kembali membisik ku disaat pulang kerja…..air mata tumpah lagi..tak terbendung….rinduku pada ayah takakan pernah berhenti…….hanya doa yang bisa aku buat Ya Allah sayangilah ayahku seperti dia menyayangi diriku…….
Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar