Minggu, 24 Oktober 2010

Mantra Asap

Beberapa hari lalu…seperti biasa suka tukar-tukar chanel TV cari acara yang lagi enak dipelototi,  eh …sampailah di berita TV3 Malaysia (siaran TV Malaysia dapat ditangkap di P. Bintan tanpa parabola) yang sedang memberitakan kabut asap yang terjadi di Kuala Lumpur beserta tanggapan dari pejabat yang berwenang. Jadi malu melihat berita tersebut. Dimana dengan arifnya pejabat yang berwenang dan warga Malaysia yang kena dampak asap dari Sumatra itu menyikapi….beda amat dengan sikap bangsaku yang langsung mencak-mencak, demo dan sampai mengajukan usulan perang! (emang enak pa perang??) hanya karena petugasnya patrolinya di introgasi karena memasuki wilayah Malaysia (bisa jadi alat GPRSnya gak perfungsi)  ya begitulah mungkin ada perbedaan cara berfikir dan ada korelasi dengan kemajuan negaranya.

Asap….. walaupun sudah meninggalkan Jambi (sekarang di P. Bintan) mengapa masih juga mengikuti dan kena dampaknya walau pembakaran gambutnya di Sumatra (Riau atau Jambi) cukup jauh? Jadi melayang pikiran kembali di tahun 1997 saat tinggal dan mencari nafkah  di Tanjung Jabung-Jambi, saat kabut asap paling parah sepanjang hidup ini. Gimana enggak selalu menghantui kejadian asap tersebut…..dengan terpaksa mengungsikan istri yang lagi hamil, jarak pandang hanya 2 meter sehingga mengemudi sepeda motor saja harus dengan kecepatan 10km/jam dengan super  hati-hati, masker selalu dikenakan, obat hisap untuk tenggorokan (strocces) dan vitamin C saban hari dikonsumsi…..betapa sesaknya bernapas saat itu, mau lari gak mungkin,perusahaan tempat mencari nafkah tetap beroperasi. Napas yang sudah sesak bertambah berat menghirupnya bila melihat di TV pejabat di Jakarta masih bisa tertawa-tawa menanggapi “bencana nasional” ini.

Saya yakin semua orang dari yang rakyat jelatah sampe pejabat tahu cara mengatasinya  tetapi yang pasti sampai saat ini kejadian serupa tetap terjadi.

Dari pada pusing …mending mencoba “mantra asap” waktu masih kecil dahulu. Dimana setiap membakar sampah atau bakar jagung bersama ayah bila asapnya menghampiri wajah selalu membacanya “…asap kesana dikasih batang pisang (kebetulan pohon pisang benda terdekat)” atau “ asap kesana dikasih buah jambu (karena buah jambu ada disekitar situ)”. Eh ternyata mantra itu mujarab karena rupanya arah angin berubah…atau mantra itu jadi mujarab karena tanpa disadari saya “pindah” tempat karena gak tahan melawan asap.

Okelah sekarang mantra itu saya baca lagi “….asap kesana di kasih anggota dewan (….waduh kebetulan lagi nonton TV berita anggota dewan mau belajar etika ke Yunani)
Semoga berhasil! Tapi bila asap ini masih menerpa wajah….wah harus dilakukan langkah ke dua neh….”pindah”….menjadi pelatih atau pemilik klub sepakbola di Eropa.

Salam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar